Selasa, 29 Januari 2013

Mengendalikan Rasa Marah

Kemarahan adalah emosi alami yang diciptakan dari situasi fight-or-flight oleh fisiologi pikiran dan tubuhmu. Rasa takut yang timbul adalah respon landasan (flight) dari fisiologimu. Kemarahan adalah energi emosional yang kamu ciptakan untuk melawan (fight) ancaman yang diterima.

Masalahnya adalah terkadang pikiran kemudian akan menciptakan rasa marah dari ancaman imajinatif atau tidak nyata.

Imajinasi bisa mengambil alih pikiran dan mengarang skenario yang lebih buruk dari ancaman yang ada.

Kamu mulai mengingat hal yang serupa yang pernah menimpamu, atau mengingat orang yang pernah melakukan hal yang sama terhadapmu, sehingga emosi negatif itu berkembang. Emosi ini nantinya bisa mengarahkanmu pada menyalahkan orang lain yang tidak perlu disalahkan. 

Kemarahan adalah emosi yang rasional. Yang seringkali tidak rasional adalah skenario-skenario yang dikembangkan oleh pikiran.

Untuk mengendalikan kemarahan dibutuhkan kesadaran dalam melihat sumber, keyakinan, asumsi dan penerjemahan pikiran yang membentuk kemarahan tersebut.

1. Lihat kepada siapa sebenarnya kamu marah. Siapa atau apa sebenarnya penyebab kemarahanmu. Apakah situasi yang terjadi saat ini, kisah dari masa lalumu, ataukah imajinasi yang kamu percayai tentang orang atau situasi yang sedang terjadi.

2. Setelah menyadari sumber rasa marah, fokuslah untuk mengentikannya saat itu juga. Seperti ketika tangan kita menyentuh cerek berisi air mendidih, tentu untuk menghentikan rasa sakitnya kita harus menyingkirkan tangan kita dari cerek yang panas.

3. Berhentilah membayangkan bahwa kamu akan disakiti lagi di masa depan, itu hanya akan membuatmu marah bahkan sebelum terjadi apa-apa.

Sadari kemana suatu emosi negatif bisa membawamu. Kamu bisa jadi bad mood sepanjang hari, bahkan kondisi yang lebih buruk di hari-hari berikutnya.

Ingat dan bangun kembali perasaan yang lebih baik yang kamu rasakan beberapa saat sebelumnya atau di waktu lain.

Bayangkan di masa depan bahwa kamu berharap saat ini kamu tidak perlu merasa marah dan lebih banyak memanfaatkan waktu untuk merasa bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar